Minggu, Agustus 31, 2008

Bila Bule Bisa Beli Bali

Pernah dimuat di Wikimu pada Kanal Gaya Hidup, Minggu 25-05-2008 10:06:26

Berjalan di sepanjang Kuta dan Legian pada malam hari sepertinya bukan berjalan di salah satu bagian di wilayah Indonesia. Di sepanjang jalan yang dilalui, di pertokoan, di kafe-kafe dan restoran, banyak dijumpai orang-orang berambut pirang, merah, coklat atau berkulit putih, kuning, merah atau hitam yang berbicara dengan beragam bahasa asing. Itulah Bali, surganya bagi para wisatawan asing. Disebut surga karena di Bali mereka mendapatkan kesenangan dan sekaligus harga yang terjangkau seukuran isi kantong mereka.

Bali betul-betul surga

Bali Pulau Dewata memang menjadi surga bagi orang-orang asing itu. Di Bali mereka menemukan berbagai kesenangan sesuai dengan gaya hidup mereka. Sepanjang malam kafe-kafe, restoran-restoran memanjakan mereka dengan makanan enak dan alunan musik. Lampu temaram membuat mereka bertambah betah menghabiskan waktu sambil berbincang-bincang dan tertawa-tawa. Bila membutuhkan pakaian baru atau keperluan lainnya mereka tinggal memasuki toko-toko dan membeli barang dengan harga yang cukup terjangkau kantong mereka. Barang-barang luar negeri, makanan luar negeri, musik asing, gaya hidup asing, cukuplah membuat Kuta dan Legian menjadi sebuah kampung baru bagi mereka, bule-bule itu. Ya, sepanjang jalan itu kita akan merasa seperti orang asing di negeri sendiri !

Surga itu pun menjadi semakin lengkap karena di Bali orang asing tidak hanya memperoleh kesenangan tapi juga memperoleh keuntungan. Karena sebagian besar toko-toko, kafe-kafe dan restoran-restoran di sepanjang Kuta dan Legian yang menjajakan produk-produk asing atau impor dan berharga mahal untuk ukuran rakyat kebanyakan di Indonesia adalah merupakan milik orang asing. Begitu juga hotel-hotel yang namanya berbau asing dan dengan penataan bangunan, eksterior dan interior, yang terlihat sangat mewah memasang tarif inap yang lumayan mahal dengan standar dollar, yang kira-kira jika dirupiahkan mungkin cukup membuat turis domestik pada umumnya menjadi tidak bisa makan di Bali dan juga tidak bisa pulang kembali ke rumah.

Iseng-iseng saya beberapa kali menanyakan dengan sedikit gaya wawancara, baik kepada penjaga toko, pelayan restoran atau pun resepsionis hotel yang bekerja di tempat-tempat wah tadi, dan mereka kebanyakan memberikan keterangan yang senada bahwa pemilik modal tempat mereka adalah orang asing. Dan biasanya untuk kemudahan berurusan dengan pemerintah daerah atau pusat orang asing tersebut bekerja sama dengan pengusaha lokal atau domestik, sehingga masalah perijinan dan lain-lain tidak akan mengalami kesulitan.

Suatu saat, mungkin, pada akhirnya Bali dan seluruh potensi pariwisatanya akan dikelola dan dimiliki oleh orang asing / investor asing, sedangkan kita akhirnya menjadi turis asing di negeri sendiri.

Tidak ada komentar: