Pernah dimuat di Wikimu pada Kanal Sastra, Rabu 28-05-2008 11:34:02
Aktor 1 : Mahasiswa
Berjejer di pinggir jalan
jaket berdebu wajah kepanasan
keringat sumpek, menebar bau apek
Teriakan tak pernah berhenti
tenggorokan kering tak dihirau
kepalan tangan mengisi udara
Pemerintah pemeras rakyat !
Jangan naikkan BBM !
Kami menuntut keadilan !
Suara serak semakin parau
jalanan sesak semakin kacau
tulisan dan poster sudah mulai kumal
tetap semangat diacung-acungkan
Mobil-mobil berjejal, ambil kiri penuh mahasiswa, ambil kanan truk mogok berhenti
suara mesin menderu-deru, teriakan sumpah serapah bertebaran
Berjejer di pinggir jalan
muka masam mulai kepanasan
tapi teriakan tak pernah berhenti
tuntutan semakin meninggi
(Rendy, mahasiswa semester tiga
teringat tugas belum selesai
tapi demo masih harus digelar
perjuangan suci untuk rakyat kecil)
Aktor 2 : Buruh
Bergerombol,
Tangan menyatu dalam semangat
Teriakan-teriakan membahana
Kami bukan sapi perahan !
Kami manusia yang membantu Tuan
mencarikan uang dan kekayaan !
Kami memang orang bayaran
yang menuntut keadilan
dari sedikit keuntungan milyaran
yang tuan simpan di bank
Berduyun-duyun kaki bergerak seirama
Nyanyian-nyanyian terus menggema
di lorong hati yang menderita
karena harga-harga terus naik
sedang upah mereka habis di pangkas
untuk iuran, untuk arisan, untuk keperluan bulanan
Kami ini manusia !
Bukan sepah yang dibuang
setelah Tuan kunyah dan manis masuk kerongkongan
yang tuan sebut pegawai kontrakan
biar tak perlu beri pesangon pemecatan
Barisan terus bergerak maju
menuju pagar gedung dewan yang mulia
yang dijaga polisi bermuka baja
menatap kami dengan senjata
Minta sedikit didengar
Minta sedikir perhatian
Bawakan suara kami ke istana
Atau kami akan berbaring di sini
Biar tuan-tuan menoleh pada kami
(Joko, buruh pabrik sudah bekerja 10 tahun
belum pernah bolos dan melawan atasan
Tapi sudah 10 tahun jadi suruhan
Setiap tanggal 10 upah sudah tinggal senan)
Aktor 3 : Tukang Es
Anak-anak itu berebut minta duluan
seteguk air dingin sudah cukup menyegarkan
minuman 1000 Rupiah sudah cukup lumayan
asal yang beli sebanyak ini setiap hari
Tampaknya mereka ini anak berduit
bila dilihat sepatu dan arloji
bapaknya pasti pejabat tinggi
atau mungkin anak bupati
Mahasiswa, impian anakku yang tertua
waktu lulus sekolah dua tahun yang lalu
tapi Bapak tidak punya duit
cukuplah kamu jadi kuli bangunan
daripada nganggur bisa senewen
Aduh, pendemo-pendemo itu
Kocar-kacir dikejar petugas
Berhamburan seperti unggas
Ada yang berteriak-teriak dipukuli
Ada yang menangis memaki-maki
Aduh, untung anakku tidak ada di situ
kemarin dia bilang diajak kawan
untuk berdemo ke gedung dewan
menentang kesewenangan dan menuntut keadilan
Aduh, gerombolan yang berlarian
Menabrak apa saja yang menghadang
Takut pada pentungan dan suara tembakan
Untung mahasiswa-mahasiswa itu sudah pulang
Bisa jadi korban kebiadaban
Aduh, meja daganganku
terbalik dan hancur berantakan
botol-botol berjatuhan
pecah dan tumpah ke tanah
terinjak kaki-kaki berlari
(Pa Maman, lelaki berumur 50-an
30 tahun berjualan di jalanan
belum bisa kumpulkan uang
untuk persiapan masa pensiun)
Aktor 4 : Polisi
Aduh, Bu
Aku tadi sudah memukul anak orang
waktu ada demo buruh di gedung dewan
mungkin dia buruh mungkin juga bukan
Kepalanya berdarah
dan sekarang masih pingsan
di bangsal rumah sakit
menunggu keluarganya
Aduh, Bu
Untung Rendy sudah kusuruh pulang
Karena situasi sudah semakin gawat
Mereka berani menerjang pagar kawat
Menerobos masuk ke halaman gedung
Pilu hatiku, Bu
Apakah pekerjaanku akan terus begini
Memukuli rakyat kecil dan saudara sendiri
Sedang pekerjaan tak mungkin diganti
Di jaman serba susah seperti ini
(Brigadir Polisi Purnomo, seorang pengabdi Negara
punya anak dua, kehidupan sederhana
susah naik pangkat karena tidak sarjana)
1 komentar:
waw artikel yang sangat menarik dan bermanfaat .
saya senang membaca artikel anda karena selain artikelnya yang menarik tampilan halamannya juga bagus .
Ditunggu postingan berikutnya ya....klik link ini yaa
Posting Komentar