Pernah dimuat di Wikimu pada Kanal Opini, Kamis 22-05-2008 09:28:17
Tahun ini dicanangkan pemerintah sebagai tahun kunjungan wisata ke Indonesia atau Visit Indonesia Year (VIY) 2008. Beberapa persiapan seperti pembuatan logo VIY 2008, koordinasi dengan perusahaan-perusahaan penerbangan, pemantapan program-program kepariwisataan, dan penyelenggaraan lebih dari 100 event di berbagai daerah, termasuk event akbar World Culture Forum 2008. Beberapa tempat wisata berbenah diri, dan kesibukan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pun semakin bertambah. Dengan VIY 2008 pemerintah berharap akan membangkitkan kembali dunia usaha dan masyarakat untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kunjungan wisatawan ke Indonesia.
Untuk kegiatan VIY 2008 ini pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 153 miliar pada RAPBN 2008, sedangkan pada RAPBN-P 2007 diusulkan sebanyak Rp 100 miliar. Dari anggaran RAPBN-P 2007 ini 80% akan digunakan untuk promosi dengan memasang iklan di media dalam dan luar negeri.
Diharapkan adanya VIY 2008 akan mendorong arus wisatawan mancanegara (Wisman) ke Indonesia menjadi 7 juta tahun 2008 dengan rata-rata lama tinggal sekitar 12-13 hari dan pengeluarannya mencapai US$ 100-200/hari, sekaligus juga peningkatan jumlah wisatawan nusantara (wisnus) yang pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 116 juta wisnus.
Kencing ? Bayar
Setiap berkunjung ke sebuah tempat wisata, pertama kali yang saya cari adalah toilet atau WC. Maklum saya tidak bisa buang air kecil sembarangan, karena saya harus menjaga kebersihan diri untuk melaksanakan shalat hari itu. Jadi tuntutan toilet atau WC yang bersih dan memiliki cukup air bersih menjadi sangat penting.
Tapi apakah yang sering ditemui di setiap tempat wisata? Sebagian toilet atau WC yang tersedia sudah dalam keadaan tidak terawat atau rusak fasilitas air bersihnya dan bahkan ada yang tidak bisa dipergunakan lagi. Sehingga apabila kita ingin buang hajat, harus berkeliling mencari air bersih ke rumah atau warung di sekitar tempat wisata tersebut.
Dan ada lagi fenomena yang unik, dan ini saya yakin khas Indonesia, yaitu apabila kita ingin buang air hajat, kita harus merogoh uang di saku untuk sekedar sumbangan atau bahkan ada yang dengan tegas menulis berupa tarif : Rp.1.000,- untuk kencing, Rp.2.000,- untuk buang air besar dan Rp.3.000,- untuk mandi. Fenomena ini bahkan terjadi di kota-kota besar seperti di mall-mall dan menjadi bisnis tersendiri seperti toilet atau WC berjalan di luar halaman mall atau plaza.
Fenomena kencing bayar seperti ini belum pernah saya temui di negara jiran kita seperti Malaysia dan Singapura yang sama-sama beras Melayu. Di tempat-tempat wisata di sana fasilitas toilet dan WC (bahasa melayu : Tandas) dipelihara sedemikian bersih, harum dan gratis. Fasilitas tersebut termasuk bagian dari fasilitas yang disediakan setiap tempat wisata termasuk mushola untuk shalat dan parkir kendaraan gratis.
Kita mungkin akan memberikan alasan bahwa taraf ekonomi di negara jiran kita itu memang sudah termasuk katagori makmur. Sehingga mereka mempunyai dana cukup untuk pemeliharaan tempat-tempat wisata beserta fasilitas-fasilitasnya. Tapi bagaimana dengan anggaran Rp. 153 milyar pada RAPBN 2008 yang dialokasikan oleh pemerintah dalam rangka VIY 2008 ? Bahkan pada RAPBN 2007 sebesar Rp.100 milyar dan 80 % dari itu untuk promosi VIY 2008 ? Apakah tidak cukup dana tersebut untuk menyediakan toilet atau WC bersih, harum dan gratis di setiap tempat wisata di Indonesia ?
Sungguh saya merasa malu dengan para turis asing yang kebanyakan sangat jarang menggunakan toilet atau WC yang disediakan di tempat-tempat wisata kita - saya tidak tahu di mana akhirnya mereka membuang hajat. Sebagai seorang penyelenggara perjalanan wisata saya hanya bisa mengurut dada, dan berharap bule-bule itu tidak memplesetkan Visit Indonesian Year menjadi Piss Indonesia Year.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar