Kamis, September 11, 2008

Heboh di Kampung Banjar



LELAKI itu berperut buncit, wajahnya tua dan rambut memutih. Tubuhnya besar, tangan tak lepas dari pipa rokok yang melekat di mulutnya. Tak ada rokok menyala di pipa itu. Meskipun kelihatan ringkih, tapi gerak tubuhnya lincah menari mengikuti gamelan rancak yang ditabuh di sebelahnya.

Manjat Batang Enau

(Memanjat Batang Enau)

Itulah Samar, salah satu tokoh dalam pewayangan Banjar yang ditampilkan oleh Kabupaten Tapin, usai pembukaan Festival Budaya Pasar Terapung 2008. Samar dalam tokoh pewayangan Jawa atau Sunda adalah Semar Badranaya, tokoh punakawan dalam pewayangan.

Walikota Banjarmasin Yudhi Wahyuni dan istri disambut hangat sang Samar. Tangan Yudhi digandeng, lalu berjogedlah mereka. Ny Emmy Yudhi Wahyuni tak mau ketinggalan. Diiiringi alat musik tradisional itu, mereka asyik bergoyang melambaikan tangan dan menggerakkan badan.

(Fashion Sasirangan)

Tak cukup itu ulah Sang Samar, saat Pemimpin Umum Banjarmasin Post Group HG Rusdi Effendi mendekat kepadanya, tiba-tiba tangan Rusdi dicium. Lalu tubuh pendiri BPost itu dirangkul dan diangkat tinggi-tinggi. Walikota yang menyaksikan, ikut bertepuk tangan diikuti seluruh pengunjungon.

Pada stand Kabupaten Tapin berbentuk miniatur rumah Banjar, dipenuhi wayang Banjar dengan berbagai tokohnya. Bukan hanya wayang kulit, kostum pemain mamanda dan wayang orang seperti topeng, selendang dan baju-baju, juga dipajang.

Gubernur Rudy Ariffin, Wagub Rosehan NB dan HG RUsdi Effendi AR asyik berdiskusi tentang pewayangan. “Nah, kalau ini Kumbakarna, ulun masih ingat wajahnya,” ujar Rudy Ariffin sambil menunjuk salah satu wayang kulit.

(TARI GINTUR)

“Iya pak. Di sebelahnya Duryudana, ada lekukan di mahkotanya,” tambah Gusti Rusdi.

Malam ini (Minggu malam), rencananya digelar kesenian wayang Banjar di arena festival itu. Warga yang sudah tidak kenal dengan budaya asli urang banua itu, akan terhibur.

Selain tokoh pewayangan, tiap kabupaten menampilkan berbagai pertunjukan yang bernuansa adat asli daerah masing-masing. Misalnya stan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yang mengangkat tradisi Dayak Loksado.

Empat perempuan muda dengan kostum Dayak berwarna merah menyala menyambut kedatangan tamu ke stand Kabupaten HSS. Selain itu, berbagai wadai dan minuman khas disuguhkan di sana. Sayangnya, persediaan hanya sedikit. Tamu yang datang tidak seluruhnya kebagian.

Tak mau kalah, suku Dayak Diyah yang menjadi utusan dari Kabupaten Tabalong menggelar atraksi naik batang pohon enau yang berduri. Di lapangan upacara Pemprov Kalsel itu, ada batang enau yang ditopang kayu hingga bisa berdiri tegak tanpa ditanam. Sepuluh penari dengan kostum kuning hitam menari mengelilinginya.

Tabuhan alat musik tradisional mengiringi tarian itu. Dari arah kiri, tiba-tiba muncul dua lelaki kekar bertelanjang dada. Mereka menuju tengah lingkaran tepat di bawah pohon enau buatan itu. Penari terus mengelilingi.

Lelaki kekar dengan tato di tubuhnya, khas orang Dayak, mulai menapak pohon. Hingga sampai di puncak enau. Peragaan memanen buah enau dengan mandau memancing perhatian penonton. Ratusan orang tersedot perhatiannya pada atraksi itu. Kepala mereka mendongak menatap ke atas enau.

Di sebelahnya, beberapa lelaki dengan pakaian adat Banjar memainkan gasing. Tak sedikit para kai yang masih memainkan itu. Gasing itu terbuat dari batok kelapa yang dipoles halus.

Dilempar satu pemain, lalu pemain lain menghantamnya dengan keras, hingga keduanya atau salah satunya berputar keras. Gasing yang terus berputar, diangkat ke atas meja hingga berhenti sendiri.

Demikianlah suasana Kampung Banjar yang ada di Festival Budaya Pasar Terapung. Ratusan warga memadati lokasi, dari pagi hingga malam hari. Penonton menyusut hanya saat tengah hari saja. Menjelang malam minggu, banyak orang sengaja datang ke sana menyaksikan berbagai pertunjukan adat budaya banua.

Sumber : BlogBPost2206008

Tidak ada komentar: