Banyak pula cara yang dilakukan berbagai kalangan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kecintaan terhadap hasil karya budaya daerah. Salah satunya dengan mengembangkan busana adat yang diberi sentuhan modern.
Di antara busana adat Banjar adalah baju tari Baksa Kembang dan Jepen Sigam. Dua nama tarian tersebut acap kali ditampilkan dalam perhelatan atau perayaan dan penyambutan tamu. Keduanya pun memiliki keunikan tersendiri tak hanya dari gerak dan musik, tapi juga tampak dalam balutan busananya.
Ini pula yang memacu Kawang Yoedha untuk menampilkan kedua busana tari tersebut dalam sentuhan kontemporer di ajang Pekan Busana Adat dan Kontemporer bertempat di Discovery Mall Kuta, Denpasar Bali beberapa waktu lalu.
Baksa Kembang sebagai tari klasik Banjar dulunya ditampilkan oleh putri-putri di lingkungan kerajaan Banjar sebagai tari untuk menyambut tamu agung.
Busananya yang gemerlap terdiri dari tapih airguci motif bunga setaman tanpa halilipan, udat atau kemben, kida-kida, kayu apu motif kembang teratai dilengkapi selendang dua warna. Untuk aksesori yang dikenakan berupa mahkota dengan rangkaian daun kelapa dan kelopak mawar membentuk rangkaian halilipan dan bagajah gamuling baular lulut, serta kembang goyang, karang jagung dan dua bogam di bagian depan. Berikut anting panjang beruntai, kalung amban atau erkan, kilat bahu, pending dan gelang tangan serta kaki yang sungguh mempesona.
Sedangkan pada tari Jepen Sigam, para penari pria yang dulunya tak lain adalah anak-anak para bangsawan di kerajaan Sigam, menjadikan tarian ini sebagai tari pergaulan. Dengan busana terdiri dari celana 3/4, baju poko pria, kalung amban dan laung.
Karya dari warisan leluhur ini pun mampu tampil dalam kemewahan masa kini lewat sentuhan kontemporer. Seperti Baju Baksa Kembang yang didesain sedemikian rupa tanpa meninggalkan pakem dan tetap memiliki benang merah dengan aslinya, mampu menjadi daya tarik tersendiri.
Seperti diungkapkan Kawang yang juga dikenal sebagai desainer itu, busana kontemporer ini merupakan sebuah bentuk pengembangan busana para penari Baksa Kembang yang dibikin lebih simpel namun berkesan mewah.
“Seperti pada kida-kida, dari yang bentuknya rata saya bikin menjadi asimetris, lebih panjang, dengan di bagian bawah ditambah untaian manik-manik yang berkesan glamor. Sedangkan selendang dua warna diganti dengan payet. Untuk tapih atau sarung, biar lebih simpel diganti dengan rok lurus di tutup dengan tambahan rok luar namun tetap menggunakan motif seperti aslinya,” beber Kawang yang pada kesempatan tersebut tampil bareng dengan desainer kenamaan ibukota seperti Oscar Lawalata, Mardi Sihombing dan Sofi.
Pada busana Jepen Sigam pun tak luput mendapat perhatiannya. Untuk menambah nilai artistik, celana panjang menggantikan celana 3/4 ditampilkannya menemani balutan baju poko yang menggunakan bahan lebih tipis, pending berupa obi (selendang besar) dilengkapi kopiah yang dililit kain dan diberi bros. (yen)
Sumber : Banjarmasin Post Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar